Saturday 27 October 2018

KONSEP DASAR IPS: INDIVIDU DAN MASYARAKAT


A.    Pengertian Individu dan Masyarakat
1.      Pengertian Individu
Bila kita perhatikan dengan seksama, nampaknya tidak ada dua orang manusia atau lebih yang persis sama, baik dilihat dari sisi fisik (jasmani) maupun dari sisi psikis (rohani). Dari sisi fisik mungkin ada yang mirip, misalnya pada orang lahir kembar (lebih-lebih kembar siam). Tetapi dari sisi kejiwaan (psikis) atau kepribadiannya sangat sulit menemukan dua orang yang sama persis.
Setiap manusia lahir ke dunia dengan membawa potensi diri masing-masing yang dapat dikembangkan kemudian hari melalui proses belajar atau pendidikan. Oleh karena itu, manusia lahir sebagai makhluk individu, memiliki perbedaan yang khas dengan manusia lain, ini sesuai dengan pendapat Allport mengatakan bahwa individu berasal dari kata “individe“ yang berarti tidak dapat dibagi-bagi, maksudnya bahwa manusia merupakan satu kesatuan jiwa dan raga yang tak dapat dipisah satu sama lain. Seorang manusia dikatakan sebagai seorang suatu individu apabila adanya keterpaduan antara jiwa dan raganya. Kegiatan fisik yang dilakukan manusi merupakan manifestasi dari kegiatan psikisnya. Contohnya, seorang melakukan kegiatan menulis merupakan perintah darijiwa/psikisnya untuk menyuruh fisik (dalam hal ini tangannya) untuk menulis sesuatu dengan pulpen pada kertas. Tanpa adanya keterpaduan dari kedua spek tersebut maka manusia tidak dapat “atau”, manusia perseorangan“. Sebagai individu, manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem psiko biologis dan sub sistem mental-psikologis.
Pada saat seorang anak lahir ke dunia ini, sampai usia kanak-kanak awal (sampai umur 5 tahun) ia mulai mengenal siapa dirinya. Melalui proses sosilalisai yang dimulai dari lingkungan keluarganya ia mulai mengenal “aku“ (self). Proses ini terus tumbuh dan berkembang sampai seseorang terbentuk kepribadiannya secara utuh. “Kepribadian adalah keseluruhan prilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisik yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental-psikologid, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. (N. Sumaatmaja; 1986)
Selanjutnya Allport mengemukakan pula bahwa “Kepribadian adalah organisasi dinamis dari pada psiko-phisik seorang manusia yang turut menentukan cara-cara berprilaku dan bersikap yang unik (khas) dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya”
Memperhatikan dari kedua pengertian kepribadian di atas terdapat beberapa unsur yang sama mengenai kepribadian yaitu:
1.      Merupakan satu kesatuan fisik dan psikis
2.      Melahirka pola prilaku yang unik (khas) bagi setiap manusia
3.      Dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Disamping manusia sebagai makhluk individu ia juga merupakan makhluk sosial, yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu manusia harus bergaul dengan manusia lain dan bermasyarakat.

2.       Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat merupakan terjemahan dari kata (community atau komunitas). Secara definitif dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia (individu) yang terdiri dari sejumlah keluarga yang bertempat tinggal di suatu tempat (wilayah) tertentu baik di desa mauoun di kota yang telah terjadi interaksi sosial antar anggotanya atau adanya hubungan sosial (social relationship) yang memiliki norma dan nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya dan memiliki tujuan tertentu pula. Sedangkan Selo Soemardjan (1962) mengemukakan bahwa : “ masyarakat adalah suatu wilayah kehidupsn sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan tertentu “.
Adapun unsur-unsur dari masyarakat, Mac Iver dan Page mengemukakan sebagai berikut: ”(1) seperasaan, (2) sepenanggungan, dan (3) saling memerlukan”. Di samping ada bererapa tipe masyarakat setempat menurut Davis (1960:313) sebagai berikut: (1) jumlah penduduk, (2) luas, kekayaan dan kepadatan penduduk, (3) memiliki fungsi khusus dari masyarakat setempat teerhadap seluruh organisasi masyarakat yang bersangkutan. Tipe tersebut digunakan untuk membedakan jenis-jenis masyarakat setempat yang sederhana dan modern, masyarakat pedesaan dan perkotaan.
Pada masyarakat modern sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dalam bentuk “rural community” dan “urban community”. dalam kehidupan masyarakat pedesaan, hubungan yang terjadi antara anggota masyarakat terjalin secara erat, mendalam dengan sistem kehidupan berkelompok. Pekerjaan utama masyarakat biasanya terkonsentrasi pada sektor pertanian. Dalam mengolah pertanian cara-cara yang digunakan masih (sangat) tradisional dan tidak efisien yang lazim disebut sebagai “subsistence farming”. Pada umumnya golongan orang-orang tua dijadikan sebagai penasehat dalam kehidupan, sehingga peranan mereka menjadi begitu penting. Masalah yang timbul kemudian adalah sulitnya mereka mengadakan perubahan-perubahan. Hal ini disebabkan pandangan-pandangan mereka yang didasarkan pada tradisi yag kuat. Karena itu, sulit sekali untuk mengubah pola fikir, sikap maupun prilaku penduduknya. Kelangkaan alat komunikasi turut mempengaruhi terhadap proses perubahan-perubahan yang diharapkan. Salah satu arus komunikasi yang berkembang adalah desas-desus atau isu-isu yang biasanya negatif sifatnya.
Dilihat dari sudut pandang pemerintah, hubungan antara penguasa dengan rakyatnya berlangsung secara tidak resmi, di mana segala sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama dilaksanakan secara musyawarah. Ciri lainnya ialah tidak adanya pembagian kerja yang tegas. Hal ini mengakibatkan sulit untuk memisahkan kedudukan dan peranan seseorang, misalnya kedudukan seorang kepala desa, akan tersentralisasi pada dirinya dengan mengangkap peranan, baik sebagai orang tua, pemimpin upacara-upacara adat dan lain-lain, khususnya di desa terpencil.
Pada masyarakat perkotaan (urban community) tekanan pengertian terletak pada sifat-sifat serta ciri-ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan anatara lain perbedaan dalam menilai keperluan hidup.
Yang menjadi pusat perhatian pada masyarakat desa dalam memperhatikan kebutuhan hidup dikhususkan pada keperluan utama dari kehidupan fungsi pakaian, makanan, rumah dan lain-lainnya. Sementara pada masyarakat kota, orang-orang telah memandang penggunaan kebtuhan hidup dari sudut pandang asyarakat sekitarnya. Perbedaan yang terlihat dari penekanan perhatian pada fungsi dan pemenuhan kebutuhan sosial. Bagi orang desa menilai makanan dari sudut pemenuhan kebutuhan biologis, pakaian untuk melidungi tubuh, rumah sebagai tempat tinggal. Ada pun bagi orang kota, makanan, pakian, dan rumah merupakan pemeuhan bagi kepuasan sosial di masyarakat.
Beberapa ciri lain yang menonjol antara masyarakat pedesaan dan perkotaan diantaranya seperti dikemkakan di bawah ini:
1.      Kehidupan keagamaan: bagi masyarakat pedesaan cenderung mengarah pada kehidupan agamis (religious trend), sedangkan pada kehidupan orang-orang kota mengarah kepada keduniawian (seculer trend). Hal ini disebabkan oleh cara berfikir yang berbeda.
2.      Kemandirian: hal yang penting masyarakat perkotaan adalah individu atau manusia sebagai perorangan menghadapi orang lain dengan latar belakang yang berbeda. Kebiasaan yang ada pada individu tidak sesuai denagan kebiasaan yang sesungguhnya.
3.      Pembagian kerja: pada masyarakat perkotaan pembagian kerja lebih tegas, sehingga mempunyai batas-batas yang nyata.
4.      Peluang memperoleh pekerjaan: dengan adanya pembagian kerja yang tegas, maka kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih banyak pada masyarakat kota dibanding warga pedesaan.
5.      Jalan pikiran: pola fikir rasioanal pada masyarakat perkotaan yang memungkinkan terjadinya interaksi berlandaskan kepentingan danbukan faktor pribadi.
6.      Jalan kehidupan: dengan jalan kehidupan yang cepat bagi warga kota, menempatkan dihargainya/pentingnya faktor waktu dalam mengejar kehidupan individu.
7.      Perubahan sosial pada masyarakat kota kemungkinan perubahan sosial lebih berguna dibangding desa, karena mereka lebih terbuka bagi adanya perubahan.

B. Struktur, Pranata, dan Proses Sosial Budaya
1.      Struktur Sosial
Kata struktur berasal dari bahasa inggris yaitu “ structure ” yang berarti susunan atau tingkatan dari sesuatu, baik itu berupa organisasi maupun mengenai susunan suatu masyarakat. Sedangkan kata social berasal dari ka socius yang berarti “ berkawan “. Adi secara etimologis struktur social dapat diartikan sebagai susunan dari berkawan. Koentjaraningrat (1990:172) mengemukakan bahwa struktur social merupakan susunan masyarakat dilihat dari berbagai sisi seperti kedudukan, peranan, dan tipe masyarakat sehingga kita dapat menggambarkan kaitan dari berbagai unsur masyarakat. 
Di sisi lain struktur social dapat pula menggambarkan suatu susunan masyarakat dilihat dari lapisan – lapisan yang ada dalam suatu masyarakat yang meliputi :
a.       Lapisan sosial rendah
b.      Lapisan sosial sedang
c.       Lapisan sosial tinggi
Dibawah ini terdapat beberapa teori tentang pelapisan social sebagai berikut :
a.       Teori Fungsionalis, yang dikemukakan oleh Emile Durkhem dalam bukunya “ The division of labor in society “ menyatakan bahwa setiap masyarakat memandang aktivitas yang satu lebih penting dari yang lainnya. Misalkan ada yang memandang bahwa agama sebagai kegiatan terpenting, sementara masyarakat lain memandang ekonomi atau kepahlawanan. Tinggi rendahnya kedudukan (lapisan sosial) seseorang dilihat dri kepentigan pandangannya itu. Kemudian Kingsley Davis dan Robert Moore mengemukakan pendapatnya bahwa posisi – posisi yang sangat penting dalam masyarakat diisi oleh orang paling berwenang. Orang yang memegang posisi tersebut, meskipun paling banyak memelukan latihan, akan mendapat penghargaan tertinggi, kemudian dikatakan bahwa posisi terpenting adalah yang paling penting bagi berfungsinya system social.
b.      Teori Reputasi atau teori  nama baik, menurut Wamer status seseorang ditetapkan oleh pendapat (pertimbangan) orang lain. Dasar pertimbangannya adalah pendapatan, prestise, dan pendidikan. Ia mengemukakan 6 macam tingkatan status yaitu :
1)   Upper- upper, contohnya orang kaya karena warisan/keturunan;
2)   Lower- upper, contohnya kayak arena hasil usaha sendiri;
3)   Upper-middle, ahli-ahli terdidik dan pengesahan yang berpendidikan tinggi;
4)   Lower- middle, golongan pekerja halus seperti sekretaris pegawai kantor;
5)   Upper- lower, yaitu pekerjaan kasar dengan status tetap;
6)   Lower-lower, orang-orang miskin yang tidak mempunyai pekerjaan tetap.
c.       Teori Struktur, sosiolog yang mengembangkan teori ini ialah Treiman. Ia mengambil kesimpulan bahwa dalam masyarakat yang berlainan tidak ada perbedaan dalam penyusunan tingkatan prestise pekerajaan. Dalil yang dikemukakan adalah :
1)     Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama karena ada pembagian kerja yang sama
2)     Pembagian kerja yang terspesialisasikan cenderung melahirkan perbedaan penguasaan akan sumber sumber yang langka (keterampilan, kekuasaan dan kekayaan) jadi pembagian kerja tersebut melahirkan perbedaan kekuasaan atau wewenang.

2.      Pranata Sosial
Menurut Koentjaraningrat pranata social adalah suatu system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas – aktivitas untuk memenuhi kompleks -kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (dengan menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan) adalah himpunan dari norma – norma dari segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
Pranata social dalam pengertian ilmu sosial tidaklah sama persis dengan istilah lembaga dalam arti wadah atau badan. Pada dasarnya, pranata sosial bermula dari adanya kebutuhan manusia yang tidak terbatas dan pemenuhan kebutuhan tersebut perlu keteraturan sehingga perlu adanya norma yang mengatur.
Kebutuhan manusia yang sangat beragam memicu pranata sosial menadi beragam pula, misalkan manusia memiliki kebutuhan untuk hidup, berkembang dan memiliki keturunan. Oleh karena itu, manusia perlu membentuk pranata keluarga. Selain itu manusia juga memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan tuhannya yang disebut pranata agama. Kebutuhan manusia lainnya adalah dibidang pendidikan, maka lahirlah pranata pendidikan dalam bentuk sekolah dasar, sekolah lanjutan, sekolah menengah, universitas, pondok pesantren, madrasah, dan sebagainya. Kebutuhan untuk  mendapatkan dan mendistribusikan barang (sandang, pangan, papan, jasa, dll) merupakan dasar bagi lahirnya pranata ekonomi, kebutuhan dibidang politik akan melahirkan pranata politik yang berkaitan dengan peraturan penggunaan kekuasaan, yaitu berkaitan dengan pranata Negara, pemerintah, parlemen, desa, dan sebagainya. Pranata social memiliki fungsi sebagai berikut :
a.       Memberikan pedoman pada anggota – anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap baik didalam menghadapi permasalahan didalam masyarakat tersebut.
b.      Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan
c.       Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan system pengendalian social (social control) yaitu system pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.

3.      Proses Sosial Budaya
Para ahli antropologi mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang muncul dalam diri manusia dengan belajar.
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “budayah” yaitu budi atau akal, sehingga kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Sedangkan budaya adalah “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan adalah segala daya cipta, rasa dan karsa manusia dalam mengolah lingkungan baik lingkungan fisik maupun social agar menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat serta menyenangkan baik secara lahir maupun batin.
Kebudayaan yang berkembang di suatu daerah terkadang bukan asli milik daerah tersebut, banyak dipengaruhi budaya lain seperti halnya Indonesia yang telah dipengaruhi oleh kebudayaan barat baik dari bahasa, gaya hidup, cara berpakaian dan sebagainya.
Proses sosialisasi budaya tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
a.       Assimilasi
Yaitu proses sosial dimana ada dua golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul dalam waktu yang lama sehingga menjadi suatu kesatuan.
b.      Akulturasi
Dimana suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur – unsur dari budaya asing sehingga lama kelamaan budaya asing itu melekat tanpa menghilangkan kebudayaan dirinya sendiri.

C.     Interaksi Individu dan Masyarakat
Dalam melangsungkan kehidupan dan untuk memenuhi kebutuhan, manusia tidak dapat mencukupinya sendiri. Perlu adanya bantuan dari manusia atau individu lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hubungan sosial tak dapat dihindari oleh setiap individu, dengan itu manusia melakukan interaksi sosial.
Berbicara tentang interaksi, maka perlu diketahui apa sebenarnya arti interaksi itu. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dimanis. Menurut para ahli ilmu psikologi sosial bahwa interaksi adalah saling berhubungan antar dua manusia atau lebih, dimana manusia yang satu terhadap yang lain saling mempengaruhi.
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Dengan proses sosial yang dimaksudkan bahwa apabila individu-individu dan kelompok-kelompok bertemu dan mengadakan sistem perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Proses sosial dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Dengan cara yang satu memberi dorongan kepada yang lain, yang dibalas atau direspon dengan reaksi secara timbal balik.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I Thomas. Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selalin aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thimas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.
Menurut Charles P.Loomis sebuah hubungan bisa disebut interaksi jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Jumlah pelakunya dua orang atau lebih
2.      Adanya komunikasi antar pelaku
3.      Adanya dimensi waktu yang meliputi, masa lalu, masa kini dan masa yang akan dating
4.      Adanya tujuan yang hendak dicapai
Untuk lebih jelasnya tentang interaksi sosial dapat diikuti uraian berikut ini:
a.      Faktor-faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial
1.      Imitasi
Imitasi yaitu tindakan meniru oranglain. Faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja. 
2.      Sugesti
Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau sikap yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugestimuncul ketika sipenerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga tidak dapat berpikir rasional.
3.      Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
4.      Simpati
Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah dalam keadaan seperti yang orang lain alami.
5.      Empati
Empati merupakan simpati yang mendalam yang dapat memengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Biasanya berupa bantuan langsung kepada orang yang membutuhkan pertolongan.

b.      Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya:
1.      Tindakan Sosial
Menurut Max Weber Tindakan Sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-individu yang dapat memengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat. Jadi, tindakan sosial adalah tindakn yang memengaruhi individu lain dalam masyarakat dan meruapakan tindakan bermakna. Yaitu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbankang keberadaan orang lain.
2.      Kontak Sosial
Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Maka kontak sosial dapat terjadi walaupun dua pihak hanya saling berhadapan atau bertatap muka.
3.      Komunikasi
Komunikasi adalah seseorang yang melakukan kegiatan informatif dengan oranglain. Dapat terwujud melalui pembicaraan, gerak-gerik badan, atau sikap yang menunjukkan perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

c.       Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses Assosiatif dapat terbagi atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, dimana terjadi keseimbanga dalam interaksi antara individu-individu atau kelompok-kelompok manusia beerkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses di mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepetingan-kepetingan serta tujuan-tujuan kelompok.
Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses Dissosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan keuntungan melalui bidang-bidang dalam kehidupan. Bentuk Kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan. Sedangkan Pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan cara menantang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan.
Untuk tahapan proses-proses assosiatif dan dissosiatif Mark L. Knapp menjelaskan tahapan interaksi sosial untuk mendekatkan dan untuk merenggangkan. Tahapan untuk mendekatkan meliputi tahapan :
1)      Memulai (Initiating)
2)      Menjajaki (experimenting)
3)      Meningkatkan (intensifying)
4)      Menyatupadukan (integrating)
5)      Mempertalikan (bonding)
Sedangkan tahapan untuk merenggangkan meliputi:
1)      Membeda-bedakan (differentiating)
2)      Membatasi (circumscribing)
3)      Memacetkan (stagnating)
4)      Menghindari (avoiding)
5)      Memutuskan (terminating)



DAFTAR PUSTAKA

Sumber media cetak :
Sapriyana, Susilawati, dkk, 2009, Konsep Dasar IPS, Bandung : UPI Press
Tim Edukatif HTS, 2008, Modul Sosiologi X untuk SMA atau MA Semester         Gasal, Surakarta : CV Hayati Tumbuh Subur
Sumber media elektronik :
Setiawan, Agung, 2011, Dinama Interaksi Sosial dan Dilema Kepentingan   Individu dan Sosial, (http//4gungseti4w4n.wordpress.com/2011/03/24/dinamika-interaksi-sosial-dan-dilema-kepentingan-individu-dan-sosial/, diakses pada tanggal 09 September 2014)
Wibowo, Harso, Syarat Terjadinya Interaksi Sosial, (http//harsosmanwedi.wordpress.com/rpp-klas-x/, diakses pada tanggal 09 September 2014)

 


Kegiatan Pengembangan Pendidikan Karakter untuk Anak

Membangun Karakter untuk Anak-Anak— Mengajar anak-anak untuk memiliki moral dan nilai yang baik memang sulit, tetapi ini mungkin salah satu ...